Februari 18, 2013

Moral Calon Pendidik

Foto0223.jpg





Degradasi Moral Calon Pendidik
Oleh Bunga Arum Nilamsari





Tiga orang anak kelas empat SD tengah asyik berkutat dalam warnet. Satu dari mereka mengajak yang lain membuka situs porno. Temannya bertanya bukankah kita tidak boleh membuka situs seperti itu. Teman lainnya langsung berkomentar bahwa itu tidak apa-apa karena orang tua kita di rumah juga menonton hal-hal seperti itu, jadi kita pun berhak untuk menontonnya.
Cerita yang tertulis di atas merupakan lelucon yang sekarang merupakan kisah yang benar-benar nyata di lingkungan sekitar kita. Anak-anak sekolah dasar yang harusnya masih terlindungi dari hal-hal yang berbau porno malah menjadi penikmat hal-hal yang berbau porno tersebut. Siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini? Si anak, orang tua, ataukah guru?
Pergaulan bebas yang awalnya hanya menjangkit pada mahasiswa dengan dompet tebal dan kehidupan keluarga yang berantakan sekarang menjalar ke banyak mahasiswa dengan latar belakang beragam
Dewasa ini, perkembangan media komunikasi sungguh luar biasa. Salah satu contohnya adalah Internet. Pada zaman ini internet merupakan sarana informasi yang merakyat. Hampir di seluruh kecamatan bahkan desa di Indonesia keberadaan warung internet (warnet) yang merupakan tempat jual beli jasa penyedia media komunikasi internet sudah menjamur. Hal ini mendorong seluruh kalangan dapat menikmatinya. Dari anak-anak sampai kakek-nenek. Dari yang kaya sampai yang miskin.
Lain di desa lain di kota. Di perkotaan media komunikasi internet bahkan sudah tidak diperjual belikan. Hampir di seluruh sekolah, perkantoran, tempat perbelanjaan, kafe, ataupun perguruan tinggi memiliki area yang menyediakan jaringan internet secara cuma-cuma atau yang biasa disebut dengan hotspot area.
Era global
Hotspot area di lingkungan kampus dan sekolah memudahkan mahasiswa, dosen, siswa, dan guru untuk mencari berbagai informasi yang mereka butuhkan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini semakin medorong perkembangan era global, yakni hilangnya jarak antar negara bahkan benua.
Ironisnya, banyak kalangan mahasiswa yang menyikapi perubahan era ini dengan sikap yang keliru. Banyak dari mereka yang salah kaprah mengambil manfaat dari media komunikasi ini. Mereka justru menggunakan internet sebagai media untuk mengadopsi “budaya barat”. Jati diri sebagai bangsa timur yang memiliki nilai agama dan sopan santun menghilang tergantikan oleh “budaya barat” yang cerderung tanpa aturan agama dan sopan santun.
Mahasiswa mengubah pola tingkah laku mereka yang awalnya bersikap menolak adanya pergaulan bebas dan gaya hidup pesta menjadi pelaku gaya hidup pesta dan pergaulan bebas. Perubahan tingkah laku ini sudah menjadi rahasia umum baik dikalangan mahasiswa sendiri, lingkungan sekitar kampus, maupun keluarga. Kurang adanya respon positif keluarga maupun lingkungan untuk menghadapi masalah ini membuat perilaku “buruk” itu semakin meluas.
Pergaulan bebas yang awalnya hanya menjangkit pada mahasiswa dengan dompet tebal dan kehidupan keluarga yang berantakan sekarang menjalar ke banyak mahasiswa dengan latar belakang beragam. Tak ketinggalan pula mahasiswa jurusan pendidikan yang merupakan calon pendidik (guru)
Moral calon pendidik
Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Pribahasa yang sering sekali kita dengar. Makna dari pribahasa tersebut adalah apabila sang guru melakukan kesalahan maka sang murid akan melakukan kesalahan yang lebih besar dari kesalahan yang dibuat sang guru.
Pergaulan mahasiswa yang merupakan calon pendidik pada era global ini sudah tak ada bedanya dengan kebanyakan mahasiswa. Pola pergaulan dan tingkah laku mereka cenderung sama, yakni pola pergaulan “barat”.
Hal ini menunjukkan adanya degradasi moral calon pendidik. Degradasi moral adalah perubahan moral dari yang baik menjadi buruk. Pada zaman dahulu calon pendidik dianggap sebagai mahasiswa dengan moral mulia yang akan mendapat kepercayaan sebagai pendidik generasi muda bangsa supaya memiliki akhlak yang mulia. Pada era global ini tak heran ada pergeseran fungsi pendidik. Hal ini disebabkan oleh tingkah laku calon pendidik itu sendiri. Calon pendidik cenderung tidak mampu berperilaku sebagai calon pendidik.
Pendidik yang mulanya dianggap sebagai pelaku penting dalam menjaga moral bangsa kini hanya dianggap sebagai fasilitator dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Hal ini dianggap sesuai dengan prilaku moral kebanyakan calon pendidik yang tidak dapat menjaga nama baiknya sendiri.
Menghadapi era global
Seluruh masyarakat wajib mengikuti perkambangan zaman. Salah satunya adalah dengan cara mengikuti perkembangan sarana komunikasi. Namun penting pula melakukan filter dalam penerimaan informasi yang tidak ada batasnya.
Pemfilteran informasi ini dapat dilakukan dengan penguatan ilmu agama yang wajib diberikan orang tua sebagai bekal untuk anak-anak mereka dalam menghadapi era global. Dengan bekal ilmu agama yang cukup seseorang akan mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk.
Kepedulian masyarakat terhadap perubahan prilaku remaja harus ditingkatkan. Kepedulian ini akan dapat dilakukan dengan diikutsertakannya remaja-remaja dalam kegiaatan bersama masyarakat sekitar. Dengan keikutsertaan remaja dalam kegiatan masyarakat maka akan meningkatkan simbiosis mutualisme antara masyarakat dengan remaja.
Hubungan yang baik antara remaja dengan masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi untuk memperbaiki moral remaja yang merupakan generasi penerus bangsa.



Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
kembang_arnila@ymail.com




1 komentar:

  1. The Best 10 Casinos Near Portland (WA) - Mapyro
    Best Casinos Near 목포 출장샵 Portland (WA) · 3. 과천 출장마사지 Golden 김제 출장안마 Nugget Resort & 광양 출장마사지 Casino · 4. Fairfield Casino · 5. The Venetian · 6. Borgata Hotel & 전주 출장마사지 Casino · 7. Sycuan

    BalasHapus