Degradasi Moral Calon Pendidik
Oleh
Bunga Arum Nilamsari
Tiga orang anak kelas empat SD tengah
asyik berkutat dalam warnet. Satu dari mereka mengajak yang lain membuka situs
porno. Temannya bertanya bukankah kita tidak boleh membuka situs seperti itu.
Teman lainnya langsung berkomentar bahwa itu tidak apa-apa karena orang tua
kita di rumah juga menonton hal-hal seperti itu, jadi kita pun berhak untuk
menontonnya.
Cerita yang tertulis di atas merupakan
lelucon yang sekarang merupakan kisah yang benar-benar nyata di lingkungan
sekitar kita. Anak-anak sekolah dasar yang harusnya masih terlindungi dari
hal-hal yang berbau porno malah menjadi penikmat hal-hal yang berbau porno
tersebut. Siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini? Si anak, orang tua,
ataukah guru?
Pergaulan bebas yang awalnya hanya
menjangkit pada mahasiswa dengan dompet tebal dan kehidupan keluarga yang
berantakan sekarang menjalar ke banyak mahasiswa dengan latar belakang
beragam
|
Dewasa ini, perkembangan media
komunikasi sungguh luar biasa. Salah satu contohnya adalah Internet. Pada zaman
ini internet merupakan sarana informasi yang merakyat. Hampir di seluruh
kecamatan bahkan desa di Indonesia keberadaan warung internet (warnet) yang
merupakan tempat jual beli jasa penyedia media komunikasi internet sudah
menjamur. Hal ini mendorong seluruh kalangan dapat menikmatinya. Dari anak-anak
sampai kakek-nenek. Dari yang kaya sampai yang miskin.
Lain di desa lain di kota. Di perkotaan
media komunikasi internet bahkan sudah tidak diperjual belikan. Hampir di
seluruh sekolah, perkantoran, tempat perbelanjaan, kafe, ataupun perguruan
tinggi memiliki area yang menyediakan jaringan internet secara cuma-cuma atau
yang biasa disebut dengan hotspot area.
Era global
Hotspot
area
di lingkungan kampus dan sekolah memudahkan mahasiswa, dosen, siswa, dan guru
untuk mencari berbagai informasi yang mereka butuhkan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Hal ini semakin medorong perkembangan era global, yakni hilangnya jarak antar negara bahkan benua.
Ironisnya, banyak kalangan mahasiswa
yang menyikapi perubahan era ini dengan sikap yang keliru. Banyak dari mereka
yang salah kaprah mengambil manfaat dari media komunikasi ini. Mereka justru
menggunakan internet sebagai media untuk mengadopsi “budaya barat”. Jati diri
sebagai bangsa timur yang memiliki nilai agama dan sopan santun menghilang
tergantikan oleh “budaya barat” yang cerderung tanpa aturan agama dan sopan
santun.
Mahasiswa mengubah pola tingkah laku
mereka yang awalnya bersikap menolak adanya pergaulan bebas dan gaya hidup
pesta menjadi pelaku gaya hidup pesta dan pergaulan bebas. Perubahan tingkah
laku ini sudah menjadi rahasia umum baik dikalangan mahasiswa sendiri,
lingkungan sekitar kampus, maupun keluarga. Kurang adanya respon positif
keluarga maupun lingkungan untuk menghadapi masalah ini membuat perilaku
“buruk” itu semakin meluas.
Pergaulan bebas yang awalnya hanya
menjangkit pada mahasiswa dengan dompet tebal dan kehidupan keluarga yang berantakan
sekarang menjalar ke banyak mahasiswa dengan latar belakang beragam. Tak
ketinggalan pula mahasiswa jurusan pendidikan yang merupakan calon pendidik
(guru)
Moral calon
pendidik
Guru kencing berdiri murid kencing
berlari. Pribahasa yang sering sekali kita dengar. Makna dari pribahasa
tersebut adalah apabila sang guru melakukan kesalahan maka sang murid akan
melakukan kesalahan yang lebih besar dari kesalahan yang dibuat sang guru.
Pergaulan mahasiswa yang merupakan calon
pendidik pada era global ini sudah tak ada bedanya dengan kebanyakan mahasiswa.
Pola pergaulan dan tingkah laku mereka cenderung sama, yakni pola pergaulan
“barat”.
Hal ini menunjukkan adanya degradasi
moral calon pendidik. Degradasi moral adalah perubahan moral dari yang baik
menjadi buruk. Pada zaman dahulu calon pendidik dianggap sebagai mahasiswa
dengan moral mulia yang akan mendapat kepercayaan sebagai pendidik generasi
muda bangsa supaya memiliki akhlak yang mulia. Pada era global ini tak heran ada
pergeseran fungsi pendidik. Hal ini disebabkan oleh tingkah laku calon pendidik
itu sendiri. Calon pendidik cenderung tidak mampu berperilaku sebagai calon
pendidik.
Pendidik yang mulanya dianggap sebagai
pelaku penting dalam menjaga moral bangsa kini hanya dianggap sebagai
fasilitator dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Hal ini dianggap sesuai dengan
prilaku moral kebanyakan calon pendidik yang tidak dapat menjaga nama baiknya
sendiri.
Menghadapi era
global
Seluruh masyarakat wajib mengikuti
perkambangan zaman. Salah satunya adalah dengan cara mengikuti perkembangan
sarana komunikasi. Namun penting pula melakukan filter dalam penerimaan
informasi yang tidak ada batasnya.
Pemfilteran informasi ini dapat dilakukan
dengan penguatan ilmu agama yang wajib diberikan orang tua sebagai bekal untuk
anak-anak mereka dalam menghadapi era global. Dengan bekal ilmu agama yang
cukup seseorang akan mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk.
Kepedulian masyarakat terhadap perubahan
prilaku remaja harus ditingkatkan. Kepedulian ini akan dapat dilakukan dengan
diikutsertakannya remaja-remaja dalam kegiaatan bersama masyarakat sekitar.
Dengan keikutsertaan remaja dalam kegiatan masyarakat maka akan meningkatkan
simbiosis mutualisme antara masyarakat dengan remaja.
Hubungan yang baik antara remaja dengan
masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi untuk memperbaiki moral
remaja yang merupakan generasi penerus bangsa.
Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
kembang_arnila@ymail.com
The Best 10 Casinos Near Portland (WA) - Mapyro
BalasHapusBest Casinos Near 목포 출장샵 Portland (WA) · 3. 과천 출장마사지 Golden 김제 출장안마 Nugget Resort & 광양 출장마사지 Casino · 4. Fairfield Casino · 5. The Venetian · 6. Borgata Hotel & 전주 출장마사지 Casino · 7. Sycuan