BAB II
PEMBAHASAN
LANGKAH BACA PUISI
I.
Memilih
Puisi
Langkah
awal yang harus dilakukan oleh orang yang akan membaca puisi adalah memilih
puisi yang akan dibacakan. Pemilihan puisi ini penting artinya karena akan
menentukan berhasil tidaknya kita dalam membaca puisi. Ada dua hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih puisi, yaitu calon pendengar dan situasi. Hal
pertama yang harus dipertimbangkan dalam memilih puisi adalah siapa calon
pendengar dalam pembacaan puisi tersebut. Pendengar akan ikut menentukan model
puisi yang harus kita baca karena pendengar memiliki kemampuan mencerna puisi
dan selera yang berbeda-beda. Semakin banyak kita mengetahui pendengar, maka
akan semakin teliti kita dalam memilih puisi.
Secara
umum pendengar dapat dikategorikan kedalam dua golongan, yaitu pendengar khusus
dan pendengar umum. Pendengar khusus berarti pendengar yang benar-benar
mengerti puisi, sedangkan pendengar umum berarti pendengar yang tidak secara
khusus mengenal puisi. Bagi pendengar khusus, menikmati pembacaan puisi tidak sekedar
sebagai hiburan, namun bagi pendengar golongan umum memandang pembacaan puisi
hanya sebatas hiburan. Oleh karena itu, pemilihan puisi untuk kedua golongan
tersebut harus berbeda.
Selain
pendengar, dalam menentukan puisi harus memahami situasi pembacaan. Langkah ini
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi pada saat membaca puisi. Tempat yang
tertutup atau terbuka akan mempengaruhi pemilihan puisi, karena tingkat
kesulitan puisi dan panjang pendeknya puisi harus selaras dengan tempat yang
dipilih. Selain itu, suasana juga menentukan pemilihan isi puisi, karena setiap
puisi membutuhkan corak yang berbeda.
II.
Memahami
Puisi
Memahami
puisi dimaksudkan agar kita bisa menyampaikan kepada pendengar atau penonton
seperti yang diharapkan oleh jiwa puisi itu sendiri. Agar pemahaman isi puisi
tersebut tidak salah tafsir, maka kita perlu membedah isi puisi tersebut.
Terdapat dua hal yang harus ditemukan dalam pemahaman puisi, yaitu suasana dan
makna puisi. Suasana puisi akan dipakai untuk memilih bentuk atau lagu pembacaan
puisi, sedangkan makna dan amanat puisi akan digunakan untuk mengkomunikasikan
puisi.
III.
Membuat
Baris Pembacaan Puisi
Yang
dimaksud dengan baris pembacaan puisi adalah baris puisi yang kita buat sendiri
bukan oleh penyair yang telah kita sesuaikan dengan makna utuh baris-baris
puisi tersebut. Misalnya pada puisi enjambemen, yaitu puisi yang terdapat
pemotongan kalimat atau frase di akhir barisnya dan kemudian meletakkan
potongan itu pada awal baris berikutnya. Pada puisi ini perlu dilakukan
pembuatan baris pembacaan agar kita dapat menemukan makna dari puisi tersebut.
Perhatikan
contoh penggalan puisi Asmaradana karya
Goenawan Mohammad berikut!
ASMARADANA
Ia dengar kepak sayap
kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun,
karena angin pada
kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah
pedati ketika langit
bersih kembali menampakkan bima sakti,
yang jauh. Tapi
diantara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.
Lalu ia ucapkan
perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta,
Nasib, perjalanan dan
sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
Dengan
model puisi Asmaradana seperti
tersebut diatas, jika kita ubah menjadi baris-baris pembacaan akan menjadi
kurang lebih sebagai berikut.
ASMARADANA
Ia dengar kepak sayap
kelelawar
dan guyur sisa hujan
dari daun, karena angin pada kemuning.
Ia dengar resah kuda serta langkah pedati
ketika langit bersih
kembali menampakkan bima sakti, yang jauh.
Tapi diantara mereka
berdua, tidak ada yang berkata-kata.
Lalu ia ucapkan
perpisahan itu, kematian itu.
Ia melihat peta, nasib,
perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
Dengan
pembuatan baris pembacaan pada puisi tesebut memudahkan pembaca dalam memahami
makna pada puisi tersebut.
IV.
Memberi
Tanda Pemenggalan
Pemenggalan
sendiri merupakan inti penghayatan. Setelah mengubah baris-baris puisi menjadi
baris-baris pembacaan, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah
menentukan pemenggalan dengan menunjukkan tempat-tempat yang tepat untuk
memenggal dan mengambil nafas.
Perhatikan
contoh berikut!
ASMARADANA
Ia dengar kepak sayap
kelelawar/
dan guyur sisa hujan
dari daun/ karena angin pada kemuning/
Ia dengar resah kuda/
serta langkah pedati/
ketika langit bersih
kembali menampakkan bima sakti yang jauh/
Tapi diantara mereka
berdua/ tidak ada yang berkata-kata/
Lalu ia ucapkan
perpisahan itu/ kematian itu/
Ia melihat peta/ nasib/
perjalanan/ dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan/
V.
Pelatihan
Baca Puisi
a.
Pelatihan Intonasi
Intonasi puisi disebut
juga lagu puisi. Cara mengintonasi puisi tergantung pada suasana puisi.
Berlatih mengintonasikan puisi harus berpegang pada prinsip bahwa membaca puisi
adalah upaya untuk mengekspresikan dan mengkomunikasikan puisi. Mengintonasikan
puisi pada satu sisi harus keluar dari hari sebagai wujud penghayatan terhadap
puisi. Dan pada sisi lain harus memperhatikan pelafalan yanag jelas untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang terkandung dalam puisi.
b.
Pelatihan Tampil di Panggung
Dalam pelatihan tampil
di panggung, terdapat enam unsur yang perlu diperhatikan. Yaitu teknik muncul,
membaca judul puisi, berdiri di atas dua kaki, memegang teks, pandangan mata,
dan membangun kesadaran panggung.
Teknik muncul mempunyai
tiga prinsip yang harus dipegang, yaitu membaca puisi merupakan proses
komunikasi, merupakan seni pertunjukkan, merupakan media berekspresi.
Pada unsur yang kedua,
pemilihan bentuk pembacaan judul puisi ditentukan oleh penonton. Untuk penonton
khusus yang paham dunia puisi bisa menggunakan berbagai model. Sedangkan untuk
penonton awam, harus disuguhi dengan model yang lazim. Hal tersebut
dikarenakan, penonton khususlah yang dapat menerima model pembacaan judul puisi
dengan gaya yang tidak biasa, namun penonton umum akan lebih bisa menerima jika
model pembacaan judul puisi biasa-biasa saja.
Pada unsur yang ketiga,
yaitu berdiri di atas dua kaki akan membantu kita dalam berkonsentrasi.
Konsentrasi itulah yang nantinya akan berpengaruh pada penghayatan dan
keseluruhan aspek pembacaan puisi. Selain berkaitan dengan konsentrasi, posisi
kaki juga berkaitan dengan keleluasaan kita dalam bergerak (penampilan).
Memegang teks juga
berkaitan dengan konsentrasi dan penampilan. Jika cara memegang teks kurang
tepat, misalnya saja menutupi wajah, akan mengganggu proses interaksi antara
pembaca dan penonton.
Selanjutnya pandangan
mata berpengaruh pada proses komunikasi dengan penonton, karena pada waktu
membaca puisi, pembaca berdialog dengan penonton. Pandangan mata memang harus
diarahkan ke penonton, tetapi tidak boleh diarahkan tepat pada mata penonton,
juga tidak boleh memandang pada bagian bawah atau atas penonton.
Dan yang terakhir
adalah membangun kesadaran panggung. Prinsip yang digunakan dalam pemilihan
posisi di panggung adalah prinsip seni pertunjukkan yang berimplikasi pada
tuntutan bahwa seni baca puisi haruslah enak didengar dan enak dipandang. Maka
dari itu, penggunaan panggung dalam hal ini menjadi amat penting peranannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar