Februari 18, 2013

Analisis Novel Layar Terkembang


Analisis novel layar terkembang

  1. Sinopsis
Raden Wiriaatmadja memiliki dua orang anak gadis yang sifatnya sangat berbeda, yaitu Tuti dan Maria. Anak pertamanya, Tuti, adalah seorang gadis yang pembawaannya selalu serius sehingga gadis itu cenderung pendiam. Namun, ia sangat perpendirian teguh dan aktif dalam berbagai organisasi wanita. Ia bahkan aktif dalam memberikan orasi-orasi tentang persamaan hak kaum wanita. Pada saat itu, semangat kaum wanita sedang bergelora sehingga mereka mulai menuntut persamaan dengan kaum pria.
Anak keduanya adalah Maria. Ia memiliki sifat yang lincah, sangat periang dan bicaranya ceplas-ceplos. Ia sangat mudah bergaul dan hidupnya selalu penuh dengan keceriaan. Itulah sebabnya, semua orang yang berada di dekatnya pasti akan menyenangi kehadirannya.
Pada suatu sore, kedua kakak beradik ini berjalan-jalan ke sebuah pasar ikan. Ketika mereka sedang melihat ikan-ikan dalam akuarium, mereka berkenalan dengan seorang pemuda tampan yang bernama Yusuf. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran. Pada hari itu juga, Yusuf mengantarkan kedua gadis itu sampai di rumah mereka.
Sejak pertemuan pertamanya, Yusuf selalu membayangkan Maria yang sangat periang, lincah, dan suka berbicara ceplas-ceplos. Ia menaruh hati kepada gadis itu. Wajah Maria selalu terbayang-bayang di matanya. Senyumnya dan tingkahnya yang periang membuat pemuda itu merasa senang berada di sampingnya.
Takdir kembali mempertemukan Yusuf dengan Maria dan kakaknya di depan Hotel Des Indes. Dengan senang hati, Yusuf mengantarkan kedua kakak beradik itu berjalan-jalan. Setelah pertemuan tersebut, Yusuf menjadi lebih sering berkunjung ke rumah mereka. Beberapa waktu kemudian Yusuf dan Maria sepakat menjalin hubungan cinta kasih.
Sementara itu, Tuti melihat hubungan cinta kasih adiknya sebenarnya berkeinginan pula untuk memiliki seorang kekasih. Apalagi setelah ia menerima surat cinta dari Supomo. Namun, karena pemuda itu bukanlah idamannya, ia menolak cintanya. Sejak itu hari-harinya semakin disibukkkan dengan kegiatan organisasi dan melakukan kegemarannya membaca buku sehingga ia sedikit melupakan angan-angannya tentang seorang kekasih.
Pada suatu hari keluarga Raden Wiraatmadja dikejutkan oleh hasil diagnosa dokter yang menyatakan bahwa Maria mengidap penyakit TBC. Semakin hari kesehatan gadis itu semakin melemah sekalipun ia telah menjalani perawatan intensif. Hal ini membuat Yusuf merasa sedih. Pemuda itu mendampingi kekasih hatinya dengan setia. Namun, penyakit TBC yang diderita Maria semakin hari semakin parah sehingga tak lama kemudian Maria pun meninggal dunia. Sebelum ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia meminta kekasihnya untuk menerima kakaknya sebagai penggantinya.
Setelah Maria meninggal dunia, Tuti dan Yusuf menjalin hubungan kasih. Mereka sepakat untuk menikah.

b. Unsur instrinsik

1. Tokoh dan Penokohan
Tuti : seorang wanita yang memiliki wawasan dan pemikiran modern. Ia mencoba menyamakan hak kaum wanita dengan kaum pria.
Maria : adalah adik Tuti, yang sangat periang.
Yusuf : seorang pemuda terpelajar yang modern. Ia adalah mahasiswa kedokteran. Sifatnya baik hati dan berbudi luhur.
Supomo : seorang pemuda terpelajar yang baik hati dan berbudi luhur.

2. Tema:
Roman ini memperkenalkan masalah wanita Indonesia yang mulai merangkak pada pemikiran modern. Kaum wanita mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai wanita, berwawasan luas, serta bercita-cita mandiri. Masalah lain yang dipersoalkan dalam roman ini, yaitu masalah kebudayaan barat dan timur. Juga termasuk masalah agama. Roman ini menampilkan cinta kasih antara Yusuf, Maria, dan Tuti.
3. Amanat atau Pesan
-Cinta dan pengorbanan kadang selalu berjalan seiring.
- Dibalik kelebihan seseorang terdapat kelemahan.

4. Latar :
- Tempat : Jakarta
- Waktu : Tahun 30-an

5. Alur : Maju

6. Sudut Pandang : Orang ke-3

7. Gaya Penulisan : Romantisme

c.       unsur ekstrinsik

Biografi Pengarang
Sutan Takdir Alisjahbana dilahirkan di Natal, 11 Februari 1908. Beliau menyelesaikan pendidikannya dari HIS ditempuh sejak 1915-1921. Tahun 1921-1925 Takdir menempuh pendidikan Kweekschool di Bukit Tinggi yang kemudian dilanjutkan ke Hugere Kweekschool di Bandung. Pada tahun 1937-1942 Takdir menjalani pendidikan di Rechtschogeschool di Jakarta. Pendidikan di Fakultas Sastra ditempuhnya tahun 1940-1942. Pada tahun 1979 Takdir mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Bahasa dari Universitas Indomesia dan pada tahun 1987 mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Sastra dari Universiti Sains Malaysia.
Karya-karyanya:
Tak Putus Dirundung Malang, Dian yang Tak Kunjung Padam, Anak Perawan di Sarang Penyamun, Grotta Azzura, Tebaran Mega, Lagu Pemacu Ombak, Perempuan di Persimpangan Zaman, dan Kebangkitan.
Di samping karya-karya fiksi, Takdir juga menulis karya-karya nonfiksi yang antara lain adalah Kebangkitan Puisi Baru Indonesia, Perjuangan Tanggungjawab dalam Kesusastraan Indonesia, dan Amir Hamzah sebagai penyair dan Uraian Sajak Nyanyi Sunyi.

2 komentar: