Februari 18, 2013

Puisiku


Tirai Besi

Samudera
Langit
Tak terbatas sepi
Bulan Bintang jadi saksi
Pahit
Nanar
KOSONG
Jiwa yang sunyi
Terkunci rapi bak tirai besi
            Sang surya menerobos sanubari
            Menembus tirai besi
            Pengobat luka hati
            Merajut helaian bahagia
Cinta
Rindu
Punggawa nurani
CANTIK

Saat kau bilang aku cantik
Senyum mengembang  di bibirku
Jantung pun melompat-lompat
tak kunjung sunyi
Saat bersamamu
Aku merasa bahagia
Tak tau arah
Lupa akan manusia,
Tak menginjak bumi
Hariku menjadi penuh warna
Tak ada derita
Selalu ada cerita

Rindu merasuk seluruh kalbu
Merajai raga sukma

BUMI

Hijau Bumiku
Biru langitku
Pengayom batinku
Pendamai jiwaku
Pelipur laraku

Gunung nan gemuk
Udara bak oksigen murni
Air tanpa bakteri busuk
Taman bunga warna warni






HUJAN

Turunnya air dari langi
Semua orang menyebutnya hujan
Memberi salam bagi bumi
Pertanda persaudaraan Pencipta kedamaian

Hujan sepanjang hari
Mereka bilang musim penghujan
Menaungi hati petani
Galau bagi nelayan

Sorotan cahaya Tuhan
Gemuruh menerjang kesunyian
Alunan merdu angin bersatu dengan rintikan hujan
Petir menyambar pertanda kekuasaan Tuhan


SESAL

Rasa sesal menutup seluruh hidup
Saat rasa malu menggunung dalam fikir
Pandangan orang serasa menghakimi
Membuat tak berani menatap langit

Berharap bisa berkata tidak
Mengelak dari segalanya
Segala yang benar-benar ada
Berasal dari sukma

Semua terasa asing dalam ingatan
Tak ada memori yang dapat digali
Perasaan menyesal menaungi perbuatan
Berharap segera dilupakan
Untuk beranjak menantang badai
Kembali menuju kedamaian

Langkah Baca Puisi


BAB II
PEMBAHASAN
LANGKAH BACA PUISI

I.        Memilih Puisi
Langkah awal yang harus dilakukan oleh orang yang akan membaca puisi adalah memilih puisi yang akan dibacakan. Pemilihan puisi ini penting artinya karena akan menentukan berhasil tidaknya kita dalam membaca puisi. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih puisi, yaitu calon pendengar dan situasi. Hal pertama yang harus dipertimbangkan dalam memilih puisi adalah siapa calon pendengar dalam pembacaan puisi tersebut. Pendengar akan ikut menentukan model puisi yang harus kita baca karena pendengar memiliki kemampuan mencerna puisi dan selera yang berbeda-beda. Semakin banyak kita mengetahui pendengar, maka akan semakin teliti kita dalam memilih puisi.
Secara umum pendengar dapat dikategorikan kedalam dua golongan, yaitu pendengar khusus dan pendengar umum. Pendengar khusus berarti pendengar yang benar-benar mengerti puisi, sedangkan pendengar umum berarti pendengar yang tidak secara khusus mengenal puisi. Bagi pendengar khusus, menikmati pembacaan puisi tidak sekedar sebagai hiburan, namun bagi pendengar golongan umum memandang pembacaan puisi hanya sebatas hiburan. Oleh karena itu, pemilihan puisi untuk kedua golongan tersebut harus berbeda.
Selain pendengar, dalam menentukan puisi harus memahami situasi pembacaan. Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi pada saat membaca puisi. Tempat yang tertutup atau terbuka akan mempengaruhi pemilihan puisi, karena tingkat kesulitan puisi dan panjang pendeknya puisi harus selaras dengan tempat yang dipilih. Selain itu, suasana juga menentukan pemilihan isi puisi, karena setiap puisi membutuhkan corak yang berbeda.

II.        Memahami Puisi
Memahami puisi dimaksudkan agar kita bisa menyampaikan kepada pendengar atau penonton seperti yang diharapkan oleh jiwa puisi itu sendiri. Agar pemahaman isi puisi tersebut tidak salah tafsir, maka kita perlu membedah isi puisi tersebut. Terdapat dua hal yang harus ditemukan dalam pemahaman puisi, yaitu suasana dan makna puisi. Suasana puisi akan dipakai untuk memilih bentuk atau lagu pembacaan puisi, sedangkan makna dan amanat puisi akan digunakan untuk mengkomunikasikan puisi.

III.        Membuat Baris Pembacaan Puisi
Yang dimaksud dengan baris pembacaan puisi adalah baris puisi yang kita buat sendiri bukan oleh penyair yang telah kita sesuaikan dengan makna utuh baris-baris puisi tersebut. Misalnya pada puisi enjambemen, yaitu puisi yang terdapat pemotongan kalimat atau frase di akhir barisnya dan kemudian meletakkan potongan itu pada awal baris berikutnya. Pada puisi ini perlu dilakukan pembuatan baris pembacaan agar kita dapat menemukan makna dari puisi tersebut.
Perhatikan contoh penggalan puisi Asmaradana karya Goenawan Mohammad berikut!

ASMARADANA
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun,
karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah
pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bima sakti,
yang jauh. Tapi diantara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta,
Nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.

Dengan model puisi Asmaradana seperti tersebut diatas, jika kita ubah menjadi baris-baris pembacaan akan menjadi kurang lebih sebagai berikut.

ASMARADANA
Ia dengar kepak sayap kelelawar
dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning.
 Ia dengar resah kuda serta langkah pedati
ketika langit bersih kembali menampakkan bima sakti, yang jauh.
Tapi diantara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu.
Ia melihat peta, nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.

Dengan pembuatan baris pembacaan pada puisi tesebut memudahkan pembaca dalam memahami makna pada puisi tersebut.

IV.        Memberi Tanda Pemenggalan
Pemenggalan sendiri merupakan inti penghayatan. Setelah mengubah baris-baris puisi menjadi baris-baris pembacaan, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menentukan pemenggalan dengan menunjukkan tempat-tempat yang tepat untuk memenggal dan mengambil nafas.
Perhatikan contoh berikut!

ASMARADANA
Ia dengar kepak sayap kelelawar/
dan guyur sisa hujan dari daun/ karena angin pada kemuning/
Ia dengar resah kuda/ serta langkah pedati/
ketika langit bersih kembali menampakkan bima sakti yang jauh/
Tapi diantara mereka berdua/ tidak ada yang berkata-kata/

Lalu ia ucapkan perpisahan itu/ kematian itu/
Ia melihat peta/ nasib/ perjalanan/ dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan/

V.        Pelatihan Baca Puisi
a.       Pelatihan Intonasi
Intonasi puisi disebut juga lagu puisi. Cara mengintonasi puisi tergantung pada suasana puisi. Berlatih mengintonasikan puisi harus berpegang pada prinsip bahwa membaca puisi adalah upaya untuk mengekspresikan dan mengkomunikasikan puisi. Mengintonasikan puisi pada satu sisi harus keluar dari hari sebagai wujud penghayatan terhadap puisi. Dan pada sisi lain harus memperhatikan pelafalan yanag jelas untuk mengkomunikasikan hal-hal yang terkandung dalam puisi.
b.      Pelatihan Tampil di Panggung
Dalam pelatihan tampil di panggung, terdapat enam unsur yang perlu diperhatikan. Yaitu teknik muncul, membaca judul puisi, berdiri di atas dua kaki, memegang teks, pandangan mata, dan membangun kesadaran panggung.
Teknik muncul mempunyai tiga prinsip yang harus dipegang, yaitu membaca puisi merupakan proses komunikasi, merupakan seni pertunjukkan, merupakan media berekspresi.
Pada unsur yang kedua, pemilihan bentuk pembacaan judul puisi ditentukan oleh penonton. Untuk penonton khusus yang paham dunia puisi bisa menggunakan berbagai model. Sedangkan untuk penonton awam, harus disuguhi dengan model yang lazim. Hal tersebut dikarenakan, penonton khususlah yang dapat menerima model pembacaan judul puisi dengan gaya yang tidak biasa, namun penonton umum akan lebih bisa menerima jika model pembacaan judul puisi biasa-biasa saja.
Pada unsur yang ketiga, yaitu berdiri di atas dua kaki akan membantu kita dalam berkonsentrasi. Konsentrasi itulah yang nantinya akan berpengaruh pada penghayatan dan keseluruhan aspek pembacaan puisi. Selain berkaitan dengan konsentrasi, posisi kaki juga berkaitan dengan keleluasaan kita dalam bergerak (penampilan).
Memegang teks juga berkaitan dengan konsentrasi dan penampilan. Jika cara memegang teks kurang tepat, misalnya saja menutupi wajah, akan mengganggu proses interaksi antara pembaca dan penonton.
Selanjutnya pandangan mata berpengaruh pada proses komunikasi dengan penonton, karena pada waktu membaca puisi, pembaca berdialog dengan penonton. Pandangan mata memang harus diarahkan ke penonton, tetapi tidak boleh diarahkan tepat pada mata penonton, juga tidak boleh memandang pada bagian bawah atau atas penonton.
Dan yang terakhir adalah membangun kesadaran panggung. Prinsip yang digunakan dalam pemilihan posisi di panggung adalah prinsip seni pertunjukkan yang berimplikasi pada tuntutan bahwa seni baca puisi haruslah enak didengar dan enak dipandang. Maka dari itu, penggunaan panggung dalam hal ini menjadi amat penting peranannya.

Aspek Pembelajaran Sastra


*      Varian Baca Puisi:
1.       Teatrikal: seni music, seni rupa. Seni gerak dalam dialog (dialog juga bias terjadi dengan gerak atau gesture tanpa kata).
2.       Sinematisasi: Orang tidak tampak, suara terdengar
3.       Dramatisasi: Menggabungkan puisi dan drama dalam dialog
4.       Musikalisasi: Menggabungkan seni baca puisi dengan seni music
5.       Rampak: Paduan baca puisi

*      Perbedaan antara deklamasi dan baca puisi terletak pada teks.
1.       deklamasi    : berpuisi tanpa teks
2.       baca puisi    : menggunakan teks (membaca)

*      Hakikat baca puisi :
1.       Seni pertunjukan (audio visual)
2.       Bentuk komunikasi (penyampai)